Minggu, 21 Agustus 2016

BALE MAYA DATAR

Desain arsitektur gedung dan taman-taman Purwakarta sepertinya layak bila disebut yang paling bercitarasa khas kultur daerah di Indonesia. Perpaduan Sunda sekaligus natural modern membuat siapapun nyaman saat mengunjunginya.
Seluruh ide awal tata kota wajah Purwakarta nampaknya mustahil bila hanya dibuat orang biasa, rasa-rasanya tidak mungkin. Karena bila melihat langsung di beberapa titik pusat ruang terbuka ditata begitu matching, pas. Entah siapa yang memulainya wajah kota Purwakarta kian berseri dan semerbak kemana-mana.
Bahkan beberapa fasilitas publik yang ada di Purwakarta konon katanya setara dengan fasilitas publik yang ada di luar negeri sana. Sebut saja Taman Sribaduga. Taman air mancur terbesar ini menjadi simbol baru bagi siapapun yang ingin menikmati tingginya air di atas hamparan air kemudian menyembur dengan segudang pencahayaan yang menyenangkan pengunjungnya. Sekaligus membuat semua orang kagum dan merah muka, setega ini Purwakarta mempermalukan kota besar mereka di Indonesia atau bahkan dunia, yang sesekali terperangah melihatnya. Taman Sribaduga menjadi salah satu persembahan terbaik dari sang pencetus ide untuk negeri ini, mungkin mirip Tajmahal yang dibaut atas dasar cinta hingga tak lekang dimakan masa. Itulah Taman Sribaduga dulu legenda yang kemudian menjadi nyata.
Setelahnya Taman Citra Resmi, kisah cinta yang diabadikan dalam buku sejarah Sunda. Lalu kini telah benar-benar nyata disaksiakan seluruh masyarakat, tidak saja dari Purwakarta tapi dari mana-mana, ya dari mana-mana. Taman Citra Resmi yang berada dekat Taman Sribaduga menambah yakin kalau arsitektur Purwakarta dibangun secara sistematis dari alur cerita. Secara tidak langsung pencetus ide benar-benar faham bagaimana alur cerita sejarahnya begitupun akhirnya.
Tapi setelahnya ternyata ada Taman Surawisesa atau taman yang diperuntukan bagi mereka anak muda bermain dan belajar bersama di ruang terbuka. Belajar dari apapun termasuk dari teman sebangku, sekelas bahkan sekampung dan dari alamnya yang terjaga. Tidak disangka kalau desainnya seperti itu, tapi tak ada salahnya namanya anak muda senang mencari jati diri, ingin bebas dan mengkpresikan identitasnya kepada khalayak. Keragaman itu dibalut menjadi satu dalam jelaga keberanian, keterbaharuan dan semangat untuk masa depan negeri. Mereka anak muda yang selalu ingin tahu akan luasnya pengetahuan dan dunia.
Taman Pancawarna, Sepertinya tidak asing bila mendengar pancawarna, maklum negara telah lebih dulu mempopulerkannya kepada dunia dengan sebutan Pancasila. Terdengar berujungan kata yang tak sama tapi sejujurnya Pancawarna pun dimungkinkan memiliki artian yang sama atas dasar keragaman dan kemajemukan warga negara Indonesia.
Di Jalan Gandanegar yang menjadi kantor abdi negara berkarya sejujur-jujurnya tanpa sekat ruang di dalam gedung yang sama. Seragamnya sama saja, tapi tugasnya berbeda-beda. Taman Pancawarna pun sedemikian persisnya dengan abdi negara. Dalam satu hamparan bunga di ruang dan tempat yang sama namun sebetulnya berbeda. Dari taman ini terlihat beraneka warna, kuning, jingga, ungu, merah, hijau dan warna lain yang tidak dapat diklasifikasikan sempitnya kata. Tercium semerbak bunga yang tidak saja dengan rasa yang sama tapi berdeba, ya sama sekali berbeda. Darinya lahirlah kekuatan rasa yang membuat siapapun takjub karenanya.
Masih ada taman? Taman Maya Datar. Maya Datar telah menjadi kosakata baru bagi warga Purwakarta. Dulu taman ini biasa disebut alun-alun tapi kini sudah berbeda, namanya Taman Maya Datar. Taman Maya Datar dimulai dari balai yang dibangun megah dengan cita rasa natural tanpa sekat sekalipun. Maya Datar sekaligus menjadi nama Alun-alun Purwakarta  yang dahulu bernama Alun-alun Kian Santang. Kini Alun-alun Maya Datar menyajikan dua menu taman yang indah yakni Taman Maya Datar itu sendiri dan Taman Pesanggrahan Padjadjaran. (GUEBANGET.COM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar